Siapapun yang tertarik dengan gagasan-gagasan seputar media tentunya sering mendengar nama Marshall McLuhan, seorang pria asal Kanada yang lahir pada 21 Juli 1911. McLuhan seringkali disebut sebagai seorang filsuf sekaligus teoritikus media.
Beberapa waktu lalu, Google sempat merayakan 106 tahun kelahiran Marshall McLuhan melalui Google Doodles-nya. Hal tersebut sedikit banyak menunjukkan seberapa besar pengaruh gagasan serta pemikirannya bagi perkembangan media saat ini. Dalam artikel yang terbit di media digital, The Telegraph, berjudul Who was Marshall McLuhan and how did he predict the internet? (21 Juli 2017), McLuhan disebut-sebut telah meramalkan hadirnya era internet melalui konsep global village yang ia cetuskan dalam bukunya berjudul The Gutenberg Galaxy di tahun 1962.
McLuhan memprediksi bahwa akan hadir sebuah masa yang dibentuk oleh komunitas yang berkumpul karena perkembangan teknologi. Lalu, semua orang akan memiliki akses informasi yang sama melalui teknologi tersebut. Inilah yang disebut McLuhan sebagai global village, yang kemudian dianggap sebagai sebuah ramalan akan kehadiran internet di masa kini. Tidak hanya berbicara soal era internet, McLuhan juga banyak berkontribusi melalui gagasan-gagasannya berkaitan dengan berbagai perkembangan media.
Bukunya di tahun 1967 berjudul The Medium is the Massage: An Inventory of Effects seringkali dijadikan rujukan bagi para penulis, kritikus, maupun teoritikus media. Buku ini berisi analisisnya berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi seperti radio, televisi, hingga fenomena-fenomena visual dan aural dalam konteks media yang dikonsumsi publik. Terdapat fakta menarik berkaitan dengan pemberian judul buku yang satu ini. Kata ‘Massage’ sebenarnya merupakan kesalahan pada proses percetakan, buku tersebut seharusnya berjudul The Medium is the Message. Namun, ketika kesalahan itu terjadi, McLuhan justru menyebut kata massage menjadi sangat tepat sasaran. Selain bisa diartikan sebagai ‘pijatan’ (dalam hal ini berkaitan dengan sensorik manusia), kata massage juga bisa dipisahkan menjadi mass age, sebuah era yang menjadi penekanan analisis McLuhan dalam buku The Medium is the Massage.
Di era sekarang, pemikiran Marshall McLuhan masih memberi pengaruh yang signifikan. Di tahun 2015, Hans Ulrich Obrist, seorang kurator seni (yang juga menjabat wakil kepala Serpentine Galleries di Inggris), bekerja sama dengan rekan-rekan penulisnya, Douglas Coupland dan Shumon Basar, menerbitkan sebuah buku berjudul The Age of Earthquakes: A Guide to the Extreme Present yang mereka sebut sebagai kelanjutan ataupun versi pembaruan dari buku The Medium is the Massage: An Inventory of Effects karya McLuhan. Buku The Age of Earthquakes mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan hubungan serta pola pikir manusia di era digital, perkembangan dari isu-isu media informasi analog di buku McLuhan 50 tahun yang lalu.
Setelah lebih dari 100 tahun, pemikiran Marshall McLuhan nampaknya masih cukup relevan untuk dijadikan acuan diskusi atau sekadar renungan berkaitan dengan pola pikir serta pola perilaku manusia terhadap perkembangan teknologi media informasi saat ini. Bagaimana, semakin tertarik untuk menyelami pemikiran Bapak Media yang satu ini?
Sumber:
https://www.marshallmcluhan.com/biography/
https://en.wikipedia.org/wiki/The_Medium_Is_the_Massage
http://www.dazeddigital.com/artsandculture/article/24283/1/inside-the-age-of-earthquakes
http://www.telegraph.co.uk/technology/0/marshall-mcluhan-did-predict-internet/