Aku Selfie, Maka Aku Ada

Selfie kini bukan hanya ajang pamer wajah ganteng atau cantik. Ia telah jadi cara terbaru menyampaikan pesan pada publik. Lewat beragam ekspresi dan gaya, para netizen berpartisipasi menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Berbagai perubahan sosial pun lahir; juga beragam aktivasi brand turut membawa selfie sebagai “senjata utama”.

Apa sebenarnya yang membuat aksi selfie begitu seksi?

 

19 Maret 2014, breastcancer.org merilis pernyataan hashtag #nomakeupselfie dan #cancerawareness menjadi tren di Twitter dan Facebook. Foto selfie tanpa make-up pun menjadi viral di dunia digital. Semua itu bermula dari kesadaran untuk menggalang kepedulian terhadap penyakit kanker payudara yang menjadi kekhawatiran publik Inggris saat itu.

Tak lama, donasi pun terkumpul dengan cepat. James Elliot, Head of Digital Engagement breastcancercampaign.org, menyatakan telah menerima donasi lebih dari 15.000 Poundsterling dalam waktu singkat. Ia pun sangat berterima kasih.

idea@work - Aku Selfie, Maka Aku Ada #blogspot
Aku Selfie, Maka Aku Ada

Suksesnya “kampanye” tersebut mendorong banyak pihak melirik selfie sebagai cara baru untuk menyampaikan sesuatu pada publik. Selain didorong penggunaan hashtag yang menarik dan waktu yang tepat, kampanye dengan selfie sebagai senjata utama sering mendapat engagement cukup besar. Bahkan, tak jarang menjadi viral di dunia digital lalu mendapat perhatian dari media mainstream.

Satu contoh campaign menarik adalah Dove #BeautyIs. Dalam kampanyenya, mereka menunjukkan bagaimana media sosial dengan aksi selfie-nya turut mendefinisikan ulang kecantikan. Dalam cuplikan video pendek bertajuk “Selfie” di bawah ini, terlihat bagaimana ibu dan anak sama-sama selfie tanpa make-up dan bangga dengan tampilan wajah yang “apa adanya”.

Campaign Dove #BeautyIs tersebut menjadi contoh menarik bagaimana media sosial mendorong fans dan followers turut berinteraksi bersama brand.

 

idea@work - Aku Selfie, Maka Aku Ada #blogspot
Aku Selfie, Maka Aku Ada

Belakangan banyak bisnis juga yang turut melakukan hal serupa. Aktivasi berupa selfie bersama produk bisnis sering dijumpai di linimasa Facebook, Twitter atau Instagram. Didukung foto menarik serta penggunaan hashtag yang cantik, aktivasi ini sering menjadi andalan untuk menjangkau audiens di berbagai platform media sosial. Tak lupa, brand juga sering tawarkan diskon atau rewards lain pada user jika mereka mengambil foto selfie bersama produk bisnis.

Mengapa selfie yang pada mulanya ajang foto-diri bisa bertransformasi menjadi aksi kampenye dunia digital yang mewabah? Pertama, ini sangat mudah. Hanya perlu ponsel dengan kamera, ambil satu-dua foto diri, lalu posting ke akun media sosial dengan hashtag tertentu, dan jadilah user bergabung suatu kampanye. Pesan pun tersampaikan.

idea@work - Aku Selfie, Maka Aku Ada #blogspot
Aku Selfie, Maka Aku Ada

Kedua, viral tidaknya suatu kampanye tergantung dari kreativitas yang digagas. Banyak campaign yang sukses terlihat tidak seperti iklan. Mereka tampil secara natural, otentik dan tidak artifisial. Pengenalan terhadap emosi dan karakter audiens tentu menjadi penting dilakukan. Tentunya tidak mungkin membuat digital campaign dengan selfie di atas gunung untuk sebuah brand fashion perempuan, kan?

Ketiga, para marketers perlu menerapkan strategi di balik campaign. Apa tujuan yang disasar dengan selfie campaign ini? Apakah hanya untuk membangun hubungan dengan audiens? Atau termasuk meningkatkan traffic ke website? Atau menambah followers di media sosial? Dengan tujuan yang rinci dan terukur, maka selfie digital campaign pun bisa menjadi lebih konkret dan berkualitas.

 

idea@work - Aku Selfie Maka Aku Ada #blogspot
Aku Selfie Maka Aku Ada

Keempat, tentu saja gunakan hashtag yang relevan dan menarik. Ibarat nama sebuah brand atau produk, hashtag harus bisa menyampaikan isi campaign. Bayangkan hashtag yang diciptakan tersebut menjadi trending topic di Twitter. Apakah enak dibaca dan layak disebar?

Selain itu, maraknya selfie campaign di dunia digital ini menyiratkan bahwa hubungan antara brand dengan audiensnya tidak lagi satu arah. Audiens tidak lagi pasif. Mereka, orang-orang biasa yang sering kita temui di jalan ketika hendak ke kantor, adalah orang yang turut menggerakkan kampanye. Audiens menjadi berdaya dan berlomba-lomba berpartisipasi. Brand hanyalah menjadi pendorong di balik layar atas terciptanya suatu kampanye yang mewabah di publik dan dunia digital.

Meski demikian, harus diakui selfie digital campaign tidak menjamin akan 100% viral. Kadang-kadang marketers perlu trial and error untuk menciptakan selfie digital campaign yang sukes. Sebab tidak setiap trend bisa connect dengan audiens. Dengan demikian, pentingnya strategi dan perencanaan matang sebelum digital campaign diluncurkan adalah syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar.

 

Referensi:

  1. http://www.theguardian.com/voluntary-sector-network/2014/mar/25/nomakeupselfie-viral-campaign-cancer-research
  2. https://socialmediasydney.net.au/how-to-leverage-the-selfie-phenomenon-in-your-marketing-strategy/
  3. http://www.prdaily.com/Main/Articles/5_creative_selfie_campaigns_16023.aspx
  4. http://www.breastcancercampaign.org/articles/comment-on-no-makeup-selfie-viral-campaign-for-cancer-awareness
  5. http://sproutsocial.com/insights/brands-turning-selfies-successful-campaigns/

Sumber Gambar:

  1. twitter.com/AXE
  2. facebook.com/kalbefamily
  3. instagram.com/everydayishealthy
  4. www.breastcancercampaign.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Let us help you with your projects