Beberapa dari kita umumnya membagikan suatu konten atau berita melalui instant messenger atau pun email, jadi, sudah merupakan hal yang lumrah sharing antar personal saat ini terkesan lebih efektif daripada sharing secara massal. Coba kamu ingat-ingat lagi, deh. Apa sih yang kamu lakukan ketika menemukan konten/berita menarik di sosial media dan ingin kamu share dengan rekan-rekan kamu? Hampir dipastikan kamu men-share berita tersebut melalui email atau aplikasi-aplikasi instant messenger, ‘kan? Kegiatan berbagi seperti ini, oleh para marketers disebut ‘dark social’.
Apa sih ‘dark social’ itu? Menurut Matthew Talbot, CEO Blackberry Messenger, ‘dark social’ ini diartikan sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan bukan sesuatu yang mengancam. Istilah dark sendiri mengacu pada fakta bahwa kegiatan berbagi ini, umumnya belum bisa dilacak. Sehingga saat link yang kita bagikan dibuka oleh seseorang, pemasar belum dapat mengetahui cara mereka masuk ke dalam link tersebut.
Berikut Insight yang diberikan Warkit’s Toolkit 2017 berkaitan dengan ‘dark social’ dan pengaruhnya terhadap marketer:
1. Tingkat ‘dark social’ bervariasi menurut kategori:
Menurut sebuah penelitian RadiumOne, 84% diferensiasi sosial terjadi melalui platform ‘dark social’ seperti tautan email serta copy-paste dalam aplikasi pesan instan dan SMS. Namun, 90% investasi pemasaran sosial ada di platform publik – menjadikan ‘dark social’ sebagai peluang potensial bagi pemasar. Diferensiasi sosial gelap oleh konsumen sangat bervariasi menurut kategori dengan kategori otomotif mencapai presentase 82,4%, diikuti oleh pembiayaan (72,1%), FMCG (61%) dan ritel (56,3%).
2. Brand mungkin kehilangan insight terkait ‘dark social’:
Kehadiran ‘dark social’ mungkin lebih merujuk pada cerminan perasaan sejati konsumen daripada sekadar komentar yang di-posting di platform publik dimana konsumen mungkin menghadirkan kepribadian atau citra tertentu. Dengan demikian, merupakan sebuah tantangan bagi brand untuk membangun pemahaman menyeluruh seputar topik buzz utama di kategori tempat mereka beroperasi, dan juga mengumpulkan buzz langsung seputar brand, produk, dan campaign masing-masing.
3. Marketer perlu memutuskan platform mana yang mereka gunakan untuk chatbots:
Industri chatbot berkembang dengan pesat, dengan banyak cara, marketer merancang dan menerapkan jenis CRM ini. Bagaimanapun juga, marketer perlu mempertimbangkan konsumen dan industri mereka saat merancang pendekatan mereka terhadap chatbots. Misalnya, masih harus dilihat apakah konsumen akan mempercayai chatbot di Facebook dengan rincian bank mereka versus bot di situs web bank mereka, atau situs web pengecer yang mapan.
Meski memiliki followers lebih banyak, pengguna aktif media sosial masih kalah dibanding pengguna aplikasi instant messenger. Memang, secara global, efek ‘dark social’ memang belum sebesar media sosial. Namun dengan pertumbuhan pengguna perpesanan instan yang lebih pesat, maka ‘dark social’ adalah saluran pemasaran yang patut diperhatikan berbagai pihak.
(dari berbagai sumber)