Pernah lihat aksi seorang penembak jitu beraksi di dalam film? Mereka bersembunyi di balik jendela-jendela gedung, memantau si calon korban sembari menyiapkan peralatan, dan… DOR! Secara misterius, korban terkapar karena peluru dari sniper rifle. Tepat sasaran, membuat hingar-bingar di sekitar, namun tidak ada yang mengetahui identitas sang penembak.
Whoa! Maaf. Kami tidak bermaksud menggambarkan adegan kriminal di film aksi. Justru kami ingin membuat ilustrasi dari salah satu strategi social media marketing.
Betul. Kamu tidak salah dengar, kok. Pemasaran media sosial memang dapat diibaratkan invasi militer. Ada banyak kanal yang bisa kamu manfaatkan sebagai senjata. Nah, kali ini kita akan membahas the sniper of social media marketing, LinkedIn.
Mengapa sniper? LinkedIn memiliki kemampuan yang serupa senapan jitu dalam konteks menyasar pangsa pasar, seperti yang disebutkan di paragraf pertama (Ya, semuanya, kecuali untuk menyembunyikan identitas. Bagaimana mungkin sebuah brand memasarkan tanpa ingin diketahui jati dirinya? Ya ‘kan?)
Lewat LinkedIn, penggunaan telemarketing perlahan dapat berangsur hilang. Optimalisasi pembagian tipe-tipe pengguna pun dapat dilakukan di jejaring ini. To sum up, “the targeting on LinkedIn is unparalleled in the realm of digital marketing,” ujar Tim Peters, director of marketing, IntelliResponse.
Akan tetapi, di tangan yang salah, LinkedIn bisa tidak maksimal dalam mengincar target. So, inilah trik dalam memaksimalkan sniper di digital marketing!
- Lengkapi Profilmu Terlebih Dahulu
Laman profil adalah jantung dari strategi pemasaran di LinkedIn, dan kamu perlu mengisinya dengan lengkap sampai 100%. Dengan begitu, besar kemungkinan nama brand-mu di LinkedIn akan menjadi top five pencarian di Google. Di saat orang lain berusaha mencari brand-mu di situs pencari untuk mempelajari tentang produk, misalnya, buatlah first impression yang baik dengan memulas profil LinkedIn-mu.
- Konten yang Berkualitas? Wajib!
Kualitas tinggi dari sebuah konten dapat ditargetkan kepada sesuai klasifikasinya, dan sebaiknya memenuhi dua tujuan. Pertama, konten dapat membantu para pembaca atau konsumen untuk memecahkan sebuah masalah, atau memberi tips agar pekerjaan yang mereka lakukan lebih mudah terbantu. Kedua, dengan begitu, konten dapat membangun mindset pembaca bahwa brand-mu adalah thought leader.
- Ikuti Grup yang Menjadi Targetmu
Apapun industri yang kamu jalani, di LinkedIn, kamu pasti membutuhkan komunitas untuk memfokuskan pemasaranmu. Terlebih lagi jika kamu tidak hanya mengikuti grup tersebut, tapi juga menjadi bagian darinya—bahkan menjadi group owner.
- Hubungkan dengan Twitter
Banyak ahli content marketing yang melihat, konten yang kamu buat di jejaring 140 karakter ini—yang isinya sama dengan apa yang ada di LinkedIn—akan bertaburan komentar lebih banyak.
Memang, sebagian orang berpendapat bahwa Twitter bukanlah ide bagus untuk disinkronasi dengan LinkedIn. Alasan mereka adalah karena audience target yang berbeda (apalagi kalau kamu menggunakan “@” atau tagar/hashtag). Namun, jika ditilik lebih lanjut, pesan yang disampaikan tetaplah menjadi top of mind.
- ….dan juga Orang-orang di Sekitarmu
Inilah saatnya untuk mencari pangsa pasar yang lebih luas lagi dengan menggunakan LinkedIn. Manfaatkan media sosial bisnis ini untuk mengenalkan dirimu ke jaringan pembaca dan pengguna yang tidak terduga; jauh dari apa yang menjadi target kita.
Mungkin sebagian dari pengguna LinkedIn yang masih newbie berpikir, “Bagaimana kita bisa menyasar target kita, jika kita menerima seluruh invitation yang muncul di notifikasi?” Hey! Come on! Bukankah kita ingin berburu layaknya sniper, yang menembak target dengan tepat lalu membuat hiruk pikuk di sekitarnya? Hal ini akan meraup pertumbuhan target market yang semakin besar lagi bukan?