
Kebutuhan hiburan bagi seluruh umat manusia adalah wajib hukumnya, demi menyeimbangkan kualitas hidup. Banyak cara dapat kita tempuh, salah satunya menikmati musik. Seiring berkembangnya zaman, metode setiap orang dalam menikmati alunan nada dari musisi favoritnya pun berbeda-beda. Salah satu yang kini menarik hati adalah streaming musik. Apalagi masih hangat suasananya saat akhir Maret 2016 lalu, kanal streaming tersebut resmi menyambangi Indonesia.
Sedikit menjelaskan kiprahnya, bahwa saat ini Spotify menjadi salah satu layanan streaming musik yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Menurut data di smartinsights.com, pengguna Spotify per tahun 2015 saja sudah menginjak angka 50 juta dengan keuntungan US$ 5 miliar. Lantas, apa yang membuat Spotify menjadi sebegitu besarnya sampai saat ini? Ya, jawabannya adalah strategi marketing.
Berdiri di Swedia sejak tahun 2008 lalu, Spotify terus menyempurnakan layanan barunya dengan menambahkan berbagai macam fitur anyar. Belakangan, mereka fokus dalam membantu penggunanya untuk menemukan musik-musik baru nan segar. Jika ditilik lebih jauh pun, koleksi musik Spotify kini tergolong luas karena adanya perbaruan setiap minggu. Usianya di Indonesia masih seumur jagung, namun ia mampu bersaing dengan layanan streaming lain.
Selain itu, dengan menggunakan teknologi serta data untuk memprediksi kesuksesan artis, Spotify kemudian menasbihkan cara tersebut sebagai pembeda dirinya dalam beragam macam jenis pasar musik online lain. Ya, seperti yang kita tahu, persaingan beragam layanan streaming musik kini sangatlah alot. Namun saat ini, Spotify lewat strateginya tengah berada di atas angin.
Streaming musik Spotify hukumnya legal, karena telah membayar royalti pada setiap label rekaman serta para musisinya. Toh dengan cara ini, mereka telah mendukung artis dan membantu penjualan baik merchandise hingga tiket konsernya. Ketika proses ini berjalan, secara tidak langsung penggemar dari musisi tersebut akan turut mengakses Spotify dan tanpa kita sadari, strategi marketing mereka tengah berjalan secara mulus.
Lalu, bagaimana cara Spotify menembus pasar musik Indonesia? Teknik adaptasi lantas diterapkan secara maksimal, karena dengan segera mereka membuat mengunggah direktori musik tanah air secara keseluruhan lalu membuat playlist-playlist tembang nasional dengan berbagai penamaan yang unik; contohnya “Aktivitas Pagi” serta yang identik betul dengan Rumpun Melayu seperti “Generasi Galau.”
Strategi marketing serta bisnis yang diterapkan oleh Spotify, dinilai begitu baik serta unik. Ia berhasil megajak generasi illegal download untuk dapat memakai jasa streamingnya lewat langganan berbayar. Sebagai penawaran, Spotify memberikan kelebihan lain seperti penghilangan iklan serta multi-akses (ponsel, komputer, offline mode). Dari semua itu, hal yang paling menonjol yakni ketika mengakses online music streaming-nya, di mana kita akan ditawarkan kepraktisan dengan cloud music library yang lengkap tersebut.
Intinya, Spotify saat ini menjadi produk yang dapat menggantikan penjualan musik tradisional (CD atau kaset) untuk segala kalangan musisi. Selain itu, layanan streaming tersebut juga mengklaim bahwa dirinya telah menurunkan tingkat pembajakan sebesar 55% lewat taktik pemasaran yang telah dijabarkan di atas.
Nah, itu selintas pandang marketing strategy Spotify di industri musik. Bagaimana dengan strategimu?
0 Responses
nah kalo spotify keuntungannya dari mana bang
pihak spotify sendiri dapat keuntungan dari pembagian bareng artis yang mempromosikan lagunya di Spotify itu sendiri. terus juga perusahaan-perusahaan yang ingin mengiklankan produknya di spotify itu untungnya bisa gede banget. perusahaan milih ngiklanin produknya di spotify mungkin karena (setelah saya baca-baca), masyarakat kebanyakan pake Spotify yang free dan iklan nya itu tidak bisa di skip. Jadi mau ga mau masyarakat harus ngeliat iklan itu kan dan masyarakat jadi lebih tau si produk dari perusahaan yang ngiklan itu.